Kusta Bukan Penyakit Kutukan dan Bisa Disembukan

Kusta bisa disembuhkan – Kusta termasuk dalam penyakit manusia yang tertua. Berdasarkan catatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kusta di perkirakan sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Mitos yang masih kuat di masyarakat adalah kusta di anggap sebagai penyakit keturunan atau bahkan kutukan dari Tuhan.

“Padahal, faktanya kusta adalah infeksi yang di sebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan bisa di sembuhkan,” kata Prof.Sri Linuwih, Sp.DVE dalam acara media gathering bertajuk “Bersama Media Menuji Indonesia Bebas Kusta”

Baca juga: Selain Benjolan, Ini Sederet Tanda Kanker Kulit yang Bisa Muncul di Tubuh

Kusta adalah penyakit menular menhun yang menyerang kulit, jaringan saraf perifer, mata, dan selaput yang melapisi bagian dalam hidung. Kemunculan lepra umumnya di tandai dengan lemah atau mati rasa di tungkai dan kaki serta timbulnya bercak putih atau kemerahan di kulit.

Prof.Sri Linuwih menjelaskan, bakteri penyebab kusta masih “bersaudara” dengan bakteri penyebab tuberkulosis yang menyerang saraf, kulit, dan organ-organ lain.

Masa inkubasi penyakit ini uga relatif lama, antara 3 sampai 5 tahun, sehingga jika kita bertemu penderita kusta saat ini belum tentu langsung tertular kusta.

“Penyakit ini bisa di sembukan, sudah tersedia obatnya dan gratis ada di Puskesmas. Tetapi, jika tidak di obati memang bisa menimbulkan komplikasi berupa kecacatan,”ujar guur besar dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Baca juga : Makan Durian Efeknya Apa? Berikut 4 Daftarnya…

Indonesia urutan tiga

Kusta tersebar di 120 negara dan Indonesia saat ini menempati urutan ketiga penderita kusta terbanyak di dunia, setelah India dan Brasil.

Menurut Prof.Sri Linuwih, penemuan penyakit ini memang lambat karena gejalanya yang bisa mirip dengan penyakit lain.

Meski begitu ada beberapa ciri khas kusta untuk membedakannya dengan penyakit kulit lain, yaitu adanya bercak putih atau kemerahan pada kulit dan mati rasa.

Terkadang muncul benjolan di kulit wajah, lengan, atau tungkai. Kusta juga di tandai dengan pelebaran saraf tepi yang di sertai mati rasa.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular, Kemenkes RI, dr.Ina Agustina Isturini mengatakan, data Februari 2025 menunjukkan ada 13.830 kasus baru kusta. Terdapat penurunan proporsi kasus kusta baru tanpa di sabilitas di banding tahun 2023.

Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kusta sebenarnya sudah masuk dalam program pemerintah. Namun tantangan utamanya adalah adanya stigma akibat pengetahuan masyarakat akan penyakit ini yang minim.

“Untuk pencegahan, sebenarnya orang di sekitar atau yang kontrak dengan penderita kusta di sarankan mengonsumsi obat yang cukup di minum satu kali, tapi itu pun susah,” kata Ina.

Saat ini banyak kasus kusta terlambat di diagnosis hingga sudah merusak saraf dan kulit.

Oleh karena itu, upaya untuk menghilangkan stigma harus terus dilakukan.