5 Fakta Ayam Kodok

5 Fakta Ayam Kodok – Diadaptasi dari Eropa, ayam kodok jadi hidangan Natal yang spesial di Indonesia. Ada fakta unik di balik penamaan ‘Ayam Kodok’ dan filosofinya.

Hari Natal kurang lengkap tanpa hidangan spesial. Setiap negara punya hidangan Natal tersendiri. Misalnya di negara Barat identik dengan kalkun panggang.

Namun, berbeda dengan di Indonesia yang lebih akrab dengan hidangan ayam kodok. Penggunaan daging ayam tersebut di rasa lebih sesuai dengan selera kebanyakan orang Indonesia.

Secara tampilan, ayam kodok memang mirip dengan kalkun panggang. Keduanya juga sama-sama disajikan dengan setup sayuran, saus, dan kentang ongklok.

 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut fakta ayam kodok.

1. Berasal dari Eropa

Ayam kodok sebenarnya bukan berasal dari Indonesia. Hidangan ini pertama kali diperkenalkan oleh Belanda saat zaman penjajahan dulu.

Resep ayam kodok pertama kali muncul dalam buku masak Indonesia yang di tulis oleh orang Belanda yang berjudul Indisch Kookboek. Di buku tersebut ada menu gevulde kip yang artinya ayam isi.

Pandangan berbeda di sampaikan oleh sejarawan makanan Indonesia Fadly Rahman. Menurutnya, ayam kodok di adaptasi dari masakan Prancis, lapor Jakarta Post.

Fadly menjelaskan bahwa seorang koki Belanda terinspirasi dengan hidangan ballotine dan galantin yang kemudian di buat dengan bahan dari Indonesia hingga terciptalah ayam kodok.

Baca juga : Mencegah Nyeri Bahu karena Tidur Miring

2. Asal-usul nama ayam kodok

Di namakan ayam kodok lantaran hidangan ini tampilannya memang mirip kodok. Ukurannya lebar dan pipih. Ayam kodok juga menggunakan karkas tanpa kepala.

Ayam kodok yang di sajikan dalam posisi meringkuk membuat tampilannya semakin terlihat seperti kodok. Bentuknya yang melebar itu juga karena di dalamnya diberi isian daging cincang dan telur.

Untuk daging cincangnya sendiri biasanya menggunakan daging sapi atau daging ayam. Sementara di Eropa, kalkun panggang biasa di isi dengan daging kambing atau daging domba.

3. Ikonik sebagai hidangan Natal

Ayam panggang populer sebagai hidangan Natal yang ikonik. Ada filosofi di balik ayam kodok sebagai hidangan Natal.

Menurut mendiang Bondan Winarno, keutuhan ayam kodok melambangkan kemeriahan atau festive. Ini cocok dengan suasana Natal yang selalu meriah dan mewah.

Porsinya yang besar, cocok di nikmati bersama keluarga. Tak hanya Natal, rupanya ayam kodok juga kerap di sajikan saat perayaan hari besar lainnya, seperti tahun baru Imlek.

4. Proses pembuatannya rumit

Di balik kemewahan penyajiannya, ayam kodok memang rumit untuk dibuat dan membutuhkan waktu yang lama. Ini karena seluruh daging dan tulang ayam harus di keluarkan dari kulitnya.

Hal tersebut harus di lakukan perlahan agar kulitnya tidak robek. Setelah itu, daging ayam di cincang halus dan di campur dengan bahan lain.

Mulai dari daging giling, pasta hati, telur, tepung panir, dan aneka bumbu. Kemudian adonan daging tersebut di masukkan kembali ke dalam kulit ayam.

Lalu, ayam kodok perlu di jahit agar isannya tidak keluar. Cara menjahitnya pun harus pelan-pelan agar kulitnya tidak robek atau rusak.

5. Harganya mahal

Setelah ayam kodok jadi, kemudian di panggang selama berjam-jam karena proses pembuatan yang rumit dan membutuhka waktu lama, membuat harga ayam kodok relatif mahal.

Seperti yang di tawarkan oleh beberapa gerai online ayam kodok Jakarta, mereka membanderol harga ayam kodok mulai dari Rp 120.000-Rp 500.000.

Begitu juga dengan gerai ayam kodok Miss Ayko yang berbasis di Depok. Harga ayam kodoknya di banderol mulai Rp 45.000-Rp 550.000

Exit mobile version